Comments

Asy-Syahid Sayyid Quthb : Mujahid Dakwah yang Istiqomah Hingga Akhir Hayatnya

Nama Asy Syahid (kama nahsabuhu) Sayyid Quthb kini ramai diperbincangkan kembali setelah salah satu buku beliau Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 2 masuk daftar buku dalam pengawasan Kejari. Seperti apakah sosok mujahid dakwah tersebut? dan apa komentar Syekh Abu Muhammad Al Maqdese tentang tulisan-tulisan beliau?

Membuktikan Diri Muslim di Hadapan Allah

Seorang muslim perlu selalu melakukan muhasabah (introspeksi). Terutama ia harus periksa adakah dirinya telah memenuhi kriteria seorang beriman sejati?

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday, October 26, 2011

Membuktikan Diri Muslim di Hadapan Allah


Seorang muslim perlu selalu melakukan muhasabah (introspeksi). Terutama ia harus periksa adakah dirinya telah memenuhi kriteria seorang beriman sejati? Dan untuk itu ia mesti membuktikan bahwa dirinya merupakan seorang muslim di hadapan Allah سبحانه و تعالى . Bukan di hadapan manusia lainnya. Muslim-mukmin sejati pasti mengharapkan pengakuan dari Allah سبحانه و تعالى bukan dari sesama manusia, bahkan bukan pengakuan dari dirinya sendiri.

Di dalam bukunya, Anshari Ismail menulis sebagai berikut:

“Yang perlu kita lakukan hanyalah membuktikan diri bahwa kita ini seorang muslim. Muslim yang dikehendaki oleh Allah سبحانه و تعالى , bukan muslim yang kita kira sendiri. Karena kita adalah hamba Allah سبحانه و تعالى bukan hamba diri sendiri. Karena kita mengharap ridha Allah سبحانه و تعالى bukan ridha diri sendiri. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa kita seorang muslim, maka kita harus ber-Islam dengan caranya Allah سبحانه و تعالى bukan dengan cara kita sendiri. Tetapi bagaimana ber-Islam dengan cara Allah سبحانه و تعالى ?” (“Jalan Islam-Transformasi Akidah dalam Kehidupan” – Anshari Ismail; An-Nur Books Publishing 2008, hlm. 7)

Dewasa ini, tidak sedikit kaum muslimin yang ber-islam menurut kemauannya sendiri atau kemauan orang lain. Sehingga ia membuat kriteria sendiri siapa yang disebut muslim. Dan karena kriteria itu adalah buatannya sendiri, maka cenderung disesuaikan dengan keinginan pribadi. Misalnya, dia menganggap dirinya muslim bila sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, tanpa memandang perlu memahami konsekuensinya. Dia kira hanya dengan sudah mengucapkan secara lisan dua kalimat syahadat berarti seseorang sudah pasti terpelihara dari api neraka dan masuk surga. Dia berlindung di balik hadits seperti:

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang mengucapkan, “Tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah (laa ilaaha illa Allah), niscaya dia masuk surga.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi No. 2562)

Sedangkan Syaikh Abu Abdurrahman Al-Atsari menulis sebagai berikut:

“Ada pula beberapa hadits yang serupa. Banyak dari mereka menganggap bahwa mengucapkan dua kalimat syahadat sudah cukup menetapkan sifat Islam dan berhak masuk surga meskipun tidak mengerjakan sholat, melakukan perbuatan mungkar, menghina Allah سبحانه و تعالى RasulNya صلى الله عليه و سلم dan ayat-ayatNya, menyekutukan Allah سبحانه و تعالى dengan sesuatu yang tidak mempunyai kekuasaan, memberikan loyalitas kepada musuh-musuh Allah سبحانه و تعالى dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta orang-orang komunis, menerapkan hukum-hukum kafir, UUD jahiliyah bagi manusia, melarang sebagian aturan-aturan Islam dan memeranginya, seperti jihad fii sabilillah, sebagaimana yang terjadi di negeri kaum muslimin hari ini. Jelas itu hanya terjadi pada orang bodoh atau orang pandir yang membela para thaghut, yang tumbuh sejak kecil hingga tua di atas aturan itu...” (“Al-Haqq wal-Yaqin fi ‘Adawat At-Tughat wal-Murtaddin” – Abu Abdurrahman Al-Atsari; Media Islamika 2009, hlm. 17)

Mengucapkan dua kalimat syahadat memang merupakan bentuk resmi seseorang dikatakan memeluk agama Islam, namun sekadar mengucapkannya tidak serta-merta menjadikan seseorang menjadi mukmin sejati. Ia perlu membuktikan dirinya melalui berbagai pengalaman di dalam hidupnya agar jelas terlihat bahwa antara ucapan di lisan, pembenaran di dalam hati dan pembuktian dengan segenap anggota tubuh ada keselarasan dan hilanglah pertentangan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Semua itu perlu didukung dengan ilmu dan amal. Oleh karenanya Allah سبحانه و تعالى berfirman bahwa setiap orang yang mengaku muslim perlu diuji agar jelas apakah pengakuannya jujur atau dusta.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)

Seorang muslim pasti mengalami aneka ujian dari Allah سبحانه و تعالى . Terkadang ujian berupa kesulitan dan terkadang berupa kesenangan. Semua ujian tersebut dimaksudkan untuk menyingkap jenis muslim seperti apakah diri kita masing-masing. Apakah kita termasuk seorang muslim jujur, yang berarti masuk ke dalam kelompok mukmin sejati. Inilah di antaranya golongan yang digambarkan Allah سبحانه و تعالى di dalam surah Al-Kahfi:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلا خَالِدِينَ فِيهَا لا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.” (QS. Al-Kahfi [18] : 107-108)

Ataukah termasuk jenis muslim pendusta. Dan jika termasuk pendusta, maka ia dapat masuk ke dalam kelompok munafiqun yang digambarkan Allah سبحانه و تعالى seperti berikut:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah [2] : 8-9)

Di samping itu, seorang muslim pendusta bisa masuk ke dalam golongan musyrikin yakni orang-orang yang mempersekutukan Allah سبحانه و تعالى .

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf [12] : 106)

Ada lagi kemungkin ketiga yaitu seorang muslim pendusta masuk ke dalam golongan kaum murtaddun (orang-orang yang murtad). Dia divonis keluar dari Islam karena telah melakukan pelanggaran yang termasuk kategori nawaqidh al-iman (pembatal keislaman).

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَلا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." (QS. At-Taubah [9] : 65-66)

Muslim pendusta yang masuk ke dalam golongan munafiqun, musyrikun maupun murtaddun merupakan golongan yang sungguh merugi. Sebab mereka pada hakikatnya tidak bisa disebut orang beriman. Mereka bakal kekal selamanya di dalam neraka.

Mengenai kaum munafiq Allah سبحانه و تعالى bakal menempatkan mereka di dalam neraka yang paling buruk siksaannya:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa [4] : 145)

Sedangkan kaum musyrikin Allah سبحانه و تعالى jelaskan keadaan mereka sebagai orang-orang yang tidak diterima segenap amal yang telah mereka kerjakan, betapapun banyaknya kebaikan, amal sholeh maupun amal ibadah yang telah dikerjakannya.

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Sungguh, bila kamu berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar [39] : 65)

Adapun kaum murtaddin, maka mereka menjadi sama kedudukannya dengan orang kafir. Sebab mereka rela meninggalkan iman dan malah memilih untuk menjadi kafir. Allah سبحانه و تعالى menggambarkan mereka sebagai berikut:

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 217)

Oleh karenanya di dalam sejarah Islam terdapat banyak contoh dimana Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم dan para sahabat utama memperlakukan orang yang secara status muslim namun diperlakukan sebagai orang di luar Islam. Orang-orang itu mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun mereka telah dinilai keluar dari agama Islam karena terlibat dalam pelanggaran yang dikategorikan sebagai nawaqidh al-iman (pembatal keislaman).

Salah satunya ialah yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir di dalam kitab Tafsirnya ketika membahas surah An-Nisa ayat 65:

“Dua orang lelaki yang berselisih datang menemui Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم lalu beliau memutuskan tidak bersalah kepada fihak yang benar di atas fihak yang salah. Fihak yang diputuskan bersalah tidak mau menerima dan berkata kepadanya: “Saya tidak terima!” Kemudian yang satunya bertanya: “Lalu apa maumu?” Ia menjawab: “Kita pergi ke Abu Bakar Ash-Shiddiq!” Merekapun pergi. Orang yang diberi keputusan tidak bersalah berkata kepada Abu Bakar: “Kami telah mencari keadilan kepada Nabi صلى الله عليه و سلم lalu aku diberi keputusan tidak bersalah.” Abu Bakar lalu berkata kepadanya: “Kamu berdua harus menerima apa yang telah diputuskan oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم .” Akan tetapi yang satunya tidak mau menerima. Keduanya kemudian menemui Umar bin Khattab, lalu orang yang diberi keputusan tidak bersalah berkata: “Kami telah mencari keadilan kepada Nabi صلى الله عليه و سلم lalu aku diberi keputusan tidak bersalah tetapi yang satunya tidak mau menerima.” Mendengar permasalahan ini lalu Umar bertanya kepadanya dan dijawab benar adanya. Umar kemudian masuk dan pergi lagi membawa pedang terhunus di tangannya. Lalu orang yang tidak mau menerima keputusan Rasulullah صلى الله عليه و سلم tersebut ditebas lehernya..!” Maka turunlah ayat sebagai berikut:

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa [4] : 65)

Subhanallah...! Sungguh luar biasa firasat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Beliau dapat mendeteksi kekafiran di dalam diri orang yang tidak kunjung dapat menerima keputusan yang telah diambil oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم padahal telah dikonfirmasi kebenarannya pula oleh sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Bayangkan, Allah سبحانه و تعالى memerlukan untuk bersumpah atas nama diri-Nya sebagai Rabb. Allah سبحانه و تعالى berfirman mengawali ayat di atas dengan firmanNya: “Maka demi Rabbmu”. Artinya, Allah سبحانه و تعالى sangat serius ingin menjelaskan raibnya iman pada diri seorang yang mengaku muslim namun ia (1) tetap enggan menjadikan Rasulullah صلى الله عليه و سلم sebagai hakim, lalu (2) tetap merasa keberatan dalam hatinya terhadap keputusan Rasulullah صلى الله عليه و سلم dan (3) tidak menerima dengan sepenuhnya keputusan Rasulullah صلى الله عليه و سلم tersebut.

Kejadian di atas merupakan satu saja dari sekian banyak contoh generasi awal ummat Islam yang tidak mudah terkecoh menilai seseorang sebagai muslim hanya dengan mengandalkan bahwa orang tersebut telah mengucapkan secara lisan dua kalimat syahadat.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

“Wahai (Allah) Dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi No. 2066)

Ihsan Tandjung (www.eramuslim.com)

Asy-Syahid Sayyid Quthb : Mujahid Dakwah yang Istiqomah Hingga Akhir Hayatnya

Nama Asy Syahid (kama nahsabuhu) Sayyid Quthb kini ramai diperbincangkan kembali setelah salah satu buku beliau Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 2 masuk daftar buku dalam pengawasan Kejari. Seperti apakah sosok mujahid dakwah tersebut? dan apa komentar Syekh Abu Muhammad Al Maqdese tentang tulisan-tulisan beliau?

Tafsir Fi Zhilalil Qur`an. Sebagian besar kaum muslimin abad ini mengenal kitab tafsir yang kental nuansa siyasi dan haraki tersebut. Penulisnya adalah Asy-Syahid Sayyid Quthb, tokoh besar dalam pemikiran Islam kontemporer yang paling menonjol.

Nama lengkap beliau adalah Sayyid Quthb bin Ibrahim. Beliau lahir di Musyah, Propinsi Asiyuth, pesisir Mesir, tanggal 9 Oktober 1906. Pendidikan awal beliau adalah Madrasah Ibtidaiyah di desanya tahun 1912 dan lulus tahun 1918. Revolusi tahun 1919 di negerinya membuat Sayyid Quthb berhenti dari sekolah selama dua tahun.

Terlahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara , sejak kecil kakak kandung dari pemikir Muhammad Quthb ini telah dikenalkan dan dibesarkan dalam lingkungan Islami. Sebagaimana tradisi kaum muslimin, sejak kecil Sayyid Quthb dididik secara ketat oleh kedua orangtuanya. Hasilnya cukup bisa dibanggakan. Belum genap berusia 10 tahun, Quthb telah hafal Al-Qur`an. Kemampuannya tersebut sesuai dengan harapan ibunya. Dalam buku hariannya, Taswir Al-Fanni fi Al-Qur`an , beliau menyatakan, ‘Harapan terbesar ibu adalah agar Allah berkenan membuka hatiku, hingga aku bisa menghafal Al-Qur`an dan membacanya di hadapan ibu dengan baik. Sekarang aku telah hafal, dengan begitu aku telah menunaikan sebagian harapan ibu.’

Pendidikan beliau berlanjut di tahun 1920, di Kairo, dengan masuk ke Madrasah Muallimin Al-Awaliyah tahun 1922, kemudian melanjutkan ke Sekolah Persiapan Darul Ulum, 1925. Setelah itu, beliau melanjutkan ke Universitas Darul Ulum 1929 dan lulus tahun 1933 dengan gelar Lisance di bidang sastra

Buku Islam pertama yang ditulis beliau adalah At-Tashawwur Al-Fanni fil Qur`an dan mulai menjauhkan diri dari sekolah sastra Al-Aqqad.Departemen Pendidikan, tempat beliau bekerja mengutusnya untuk mengunjungi Amerika, untuk mengkaji kurikulum dan sistem pendidikan Amerika. Beliau di Amerika hanya dua tahun, lalu kembali ke Mesir tanggal 20 Agustus 1950, kemudian diangkat menjadi Asisten Pengawas Riset Kesenian di Kantor Menteri Pendidikan. Tanggal 18 Oktober 1952, ia mengajukan permohonan pengunduran diri.

Dunia tulis menulis tidak asing bagi Sayyid Quthb. Sejak masa muda beliau telah mengasah kemampuan menulisnya. Ratusan makalah di berbagai surat kabar dan majalah Mesir memuat tulisan-tulisan beliau, seperti Majalah Al-Ahram, Ar-Risalah, dan Ats-Tsaqafah. Beliau sendiri menerbitkan majalah Al-Alam Al-Arabi dan Al-Fikrul Jadid, selain memimpin surat kabar pekanan Al-Ikhwanul Muslimun tahun 1953.

Dalam makalah-makalahnya, beliau selalu memerangi bentuk-bentuk kerusakan dan penyimpangan di kehidupan sosial, politik dan ekonomi Mesir. Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap kerusakan ini, yakni pemerintah adalah sasaran dari kritikan-kritikan beliau. Selain itu, beliau selalu menjadikan Islam sebagai solusi atas seluruh kerusakan yang terjadi. Dengan gerak dakwah semacam ini, Sayyid Quthb selalu hadir di tengah-tengah kehidupan rakyat Mesir. Beliau menegaskan, bahwa Inggris, petinggi-petinggi kerajaan, dan pemerintahan yang menjadi antek-antek penjajah dan melakukan kolaborasi dengan mereka, tokoh-tokoh partai, feodalisme, dan konglomerat, merupakan sumber utama penyebab keterbelakangan Mesir.

Sayyid Quthb menentukan jalan hidupnya untuk menjadi mujahid dakwah pada tahun 1947. Beliau mulai menyerukan kebangkitan Islam dan menyerukan dimulainya kehidupan berdasarkan Islam.

Sayyid Quthb menyeru kepada umat agar kembali kepada aqidah salafush shalih. Pemikiran beliau sendiri adalah pemikiran salafi, yang bersih dari noda. Pemikirannya terfokus pada tema tauhid yang murni, penjelasan makna hakiki La ilaha illallah, penjelasan sifat hakiki iman seperti disebutkan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Dalam banyak bukunya, beliau menekankan pentingnya masalah hakimiyah dan loyalitas hendaknya murni hanya untuk Allah semata.

Buku-buku beliau yang terpenting adalah sebagai berikut :

  1. Fi Zhilalil Qur`an
  2. Ma’alim Fith Thariq
  3. At-Thaswir Al-Fanni fil Qur`an
  4. As-Salam Al-Alami wal Islam
  5. Asywak
  6. Dirasat Islamiyah
  7. Fit Tarikh Fikratun wa Minhaj
  8. Al-Mustaqbal li Hadza Ad-DIn
  9. Al-Islam wa Musykilatul Hadharah
  10. Al-Adalah Al-Ijtima’iyah fil Islam
  11. dan lain-lain.

Sayyid Quthb dalam Kenangan

Abdullah Al-Aqil, penulis buku Min A’lami Al-Harakah wa Ad-Dakwah Al-Islamiyah Al-Mu’ashirah menuturkan kesannya terhadap Sayyid Quthb, “Ketika berada di bangku Sekolah Menengah Atas, saya tidak begitu tertarik kepada Sayyid Quthb. Sebab ia berafiliasi ke aliran Al-Aqqad. Saya lebih senang pada aliran Ar-Rafi’i dan murid-muridnya, seperti Said Al-‘Iryan, Ali Thanthawi, dan Mahmud Muhammad Syakir. Setelah saya berada di Mesir, membaca tulisannya di majalah Al-Fikrul Jadid, menelaah makalahnya tentang Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin di majalah Ad-Dakwah mulai membuatku tertarik pada tokoh ini. Setelah itu aku menghadiri seminar di rumahnya. Mendengarkan ceramahnya yang mengegumkan di Jam’iyah Asy-Syubbanul Muslimun untuk menentang Perancis. Mengetahui tuntutannya melepaskan gelar dan ijazah Perancis untuk membela kaum muslimin di Afrika Utara. Dan membaca makalah-makalahnya tentang parade-parade besar yang tidak mempunyai pengaruh. Maka semua itu mendekatkanku dengannya dan membuatnya punya posisi tinggi di hatiku. Saya pun selalu membaca semua buku dan makalahnya dengan antusias dan rindu.

Syaikh Khalil Al-Hamidi, sekretaris Al-Maududi, menceritakan, “Tahun 1966, di Makkah Al-Mukarramah, tepatnya di Hotel Syabra, pemuda muslim Arab masuk menemui Ustadz Al-Maududi dan menyodorkan kepadanya buku Ma’alim fith Thariq karya Sayyid Quthb. Al-Maududi membaca buku tersebut semalam. Pagi harinya, ia berkata, ‘Sepertinya, saya sendiri yang menulis buku ini.’ Al-Maududi heran melihat kedekatan pemikiran dirinya dengan pemikiran Sayyid Quthb. Al-Maududi berkata, ‘Tidak perlu heran, karena sumber pemikiran Sayyid Quthb dan pemikiranku itu satu, yaitu Al-Qur`an dan Sunnah’.”

Raja Faisal bin Abdul Aziz ketika mendengar bahwa Sayyid Quthb akan dihukum mati, segera mengirimkan telegram kepada Jamal ABdun Nashir tanggal 28 Agustus 1966. Raja Faisal berharap Abdun Nashir tidak menjatuhkan hukuman mati kepada Sayyid Quthb. Sami Syaraf menyerahkan telegram Raja Faisal sore harinya kepada Andun Nashir, lalu Abdun Nashir berkata kepada Sami Syaraf, “Laksanakan hukuman mati besok pagi saat fajar dan berikan kepadaku telegram setelah pelaksanaan eksekusi mati.” Abdun Nashir kirim telegram balasan kepada Raja Faishal dan menjelaskan telegram itu sampai kepadanya setelah pelaksanaan eksekusi mati. Pelaksanaan hukuman mati terhadap Sayyid Quthb dilakukan sebelum terbit fajar hari Senin, 29 Agustus 1966.

Eksekusi hukuman mati terhadap Sayyid Quthb didahului dengan tuduhan makar terhadap beliau oleh Jamal Abdun Nashir, tahun 1965. Saat itu, Abdun Nashir berada di Moscow dan mengumumkan dari sana bahwa ada upaya pembunuhan terhadap dirinya dan penggulingan pemerintahannya oleh Ikhwanul Muslimin di bawah pimpinan Sayyid Quthb. Akhirnya Sayyid Quthb ditahan tanggal 9 Agustus 1965. Selanjutnya diadakan penyelidikan terhadap Sayyid Quthb di penjara perang tanggal 19 Desember 1965 selama tiga hari dan akhirnya menjatuhkan hukuman mati atas Sayyid Quthb tanggal 21 Agustus 1966. Keputusan ini tentu saja membuat gusar dan marah sebagian besar kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.

Hukuman mati terhadap Sayyid Quthb merupakan tragedi menyakitkan bagi kaum muslimin, mengguncang dunia Arab dan Islam, mengobarkan kemarahan ulama, da’i dan masyarakat Islam. Kaum muslimin mengecam keras tidak kejahatan keji ini, melakukan shalat ghaib di penjuru Timur dan Barat, surat kabar Islam menampilkan edisi khusus tentang Asy-Syahid Sayyid Quthb dan rekan-rekannya. Ulama dan da’i mengharapkan para penjahat yang terlibat dalam penggantungan Sayyid Quthb mendapatkan balasan siksa dari Allah.

Asy-Syahid Sayyid Quthb pernah berkata, “Jari telunjuk yang setiap hari memberi kesaksian tauhid kepada Allah saat shalat menolak menulis satu kata pengakuan untuk penguasa tiran. Jika saya dipenjara karena kebenaran, saya rela dengan hukum kebenaran. Jika saya dipenjara dengan kebatilan, pantang bagi saya minta belas kasih kepada kebatilan.”

Para tiran, penguasa-penguasa dzalim mengira dengan membunuh Sayyid Quthb berarti berhasil menumpas Islam. Mereka salah dan Allah SWT tidak mengizinkan hal itu. Terbukti, karya-karya Sayyid Quthb justru semakin berkibar di penjuru dunia, sebagian besar buku-bukunya dicetak dua puluh lima lebih penerbit, dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, hingga masyarakat dunia kenal Asy-Syahid Sayyid Quthb, pemikirannya, dakwah beliau, mengapa beliau dihukum mati ? Siapa tiran di belakang pelaksanaan hukuman mati tersebut ? Untuk siapa ia dihukum mati ?

Sayyid Quthb pernah berkata,”Al-Qur`an tidak menyingkap rahasianya, kecuali kepada orang-orang yang terjun ke medan perang dengan berbekal Al-Qr’an dan berjihad demi membelanya.”

Sebuah syair beliau tulis dari balik jeruji penjara dengan judul Akhi. Syair ini menggambarkan keimanan yang kuat dalam dada Asy-Syahid dan geloran perjuangan dakwahnya yang tak kunjung padam. Berikut kutipan syairnya,

‘Saudaraku, engkau merdeka meski berada di balik jeruji penjara

Saudaraku, engkau merdeka meski diborgol dan dibelenggu

Bila engkau pada Allah berpegang teguh

Maka tipu daya musuh tidak membahayakanmu

Wahai saudaraku, pasukan kegelapan akan binasa

dan fajar baru akan menyingsing di alam semesta

lepaskan kerinduan jiwamu

engkau akan melihat fajar dari jauh telah bersinar

saudaraku, engkau jangan jenuh berjuang

engkau lemparkan senjata dari kedua pundakmu

siapakah yang akan mengobati luka-luka para korban

dan meninggikan kembali panji-panji jihad?”

Asy-Syahid Sayyid Quthb. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat kepada beliau, melahirkan generasi penerus dakwah dan mengumpulkan kita semua bersama dalam barisan para mujahid. Amin.

APA PENDAPAT ANTUM TENTANG APA YANG DITULIS SAYYID QUTHB RAHIMAHULLAH?

Abu Muhammad ‘Ashim al-Maqdisiy

Pertanyaan:

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Al-hamdu liLlaahi Rabbil ‘Alamiin

Wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa Rasuulillaah

Yang terhormat, asy-syaikh al-fadhil al-mujahid Abu Muhammad al-Maqdisiy

As-salaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu

Dan kami memohon kepada Allah agar meneguhkan Antum dan membebaskan para du-at al-mujahidin al-muwahhidin di setiap tempat…

Pertanyaan saya, syaikh kami yang mulia, berkaitan dengan Sayyid Quthb rahimahullah, dan sebenarnya saya telah berupaya untuk mendapatkan pendapat Antum tentang Sayyid Quthb rahimahullah, namun saya tidak mendapatkannya. Dan mungkin juga engkau telah menyebutkan sesuatu tentang hal ini, akan tetapi saya tidak mendapatkan itu. Dan sudah ma’ruf bahwa ad’iyatus-salafiyyah (para pengaku salafi) secara khusus selalu menyerang dengan keras kepada Sayyid Quthb, sedangkan mayoritas serangan mereka adalah batil, ikut-ikutan, klaim, dan mengada-ada, atau menafsirkan tulisannya dengan dasar buruk niat. Dan tidak ragu lagi bahwa Sayyid Quthb rahimahullah adalah manusia yang suka keliru dan benar. Dan banyak dari apa yang beliau tulis dan beliau goreskan sesuai uslub sastra tulisannya terkadang menimbulkan kekeliruan pemahaman sebagian orang terhadapnya atau menafsirkannya dengan yang tidak beliau maksud…

Sedang pertanyaan saya, saya ingin pendapat engkau tentang Sayyid, karena saya percaya kepada Antum, dan semoga Allah membalas Antum dengan kebaikan. Dan saya mengharap dari ikhwah yang mengurusi situs untuk mengirimkan jawabannya ke email saya. Semoga Allah memberkahi mereka.

Jawaban:

Bismillaahi wal-hamdulillaah, wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa Rasuulillaah, wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa man waalaahu..

Akhi al-fadhil.. semoga Allah menjaganya dan menjadikannya bagian dari anshar dien-Nya..

Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu..

Berkaitan dengan asy-syaikh al-mujahid dan al-kaatib al-fadhil ustadz kami yang besar, Sayyid Quthb rahimahullah, sesungguhnya termasuk keajaiban zaman ini yang mana keajaiban-keajaibannya tidak pernah habis adalah orang semacam saya ditanya tentang Sayyid dan berkomentar jarh atau ta’dil tentangnya, padahal dia adalah orang yang meninggalkan dunia ini sembari meninggalkan perhiasannya, perlengkapannya, dan kesenangannya yang mana mayoritas manusia mati-matian untuk mendapatkannya dan betah dengannya, dan para thaghut memberikannya kepada ahlinya yang tunduk lagi patuh kepada mereka, sedangkan beliau rahimahullah enggan menggores dengan ujung jarinya yang dengannya beliau menulis Zhilaalul Quran dan tauhid; kalimat yang bisa menyelamatkan lehernya dari kematian, yang dengannya beliau mengaburkan al-haqq dengan al-bathil atau dengannya beliau mengakui hukum thaghut; di waktu yang mana banyak dari manusia zaman kita sekarang mencoreng wajah dan lembaran-lembaran mereka —dan di antara mereka, banyak dari kalangan yang suka mencela dan menghujat beliau— dengan suatu yang lebih hina dari kalimat yang ditolak oleh beliau rahimahullah, dan mereka menjinakan dien mereka siang-malam untuk para thaghut dan menjualnya dengan harga murah tanpa dipaksa atau diancam hukuman mati dan pancung, bahkan mereka bersegera dalam hal itu seolah berlomba-lomba menuju berhala, atau mereka menyembelih tauhid di pintu-pintu para thaghut dan menyerahkan diennya kepada mereka sebagai korban dan domba terbesar untuk kekayaan dunia yang fana.

Dan, demi Allah, seandainya menyatakan al-haqq dan tulus terhadap kitabullah dan sunnah Rasul-Nya adalah bukan fardhu dan termasuk kewajiban, tentulah saya tidak menulis satu kalimat pun tentang Sayyid, karena orang-orang yang semacam dia zaman sekarang sangat sedikit, dan setiap orang yang berjalan di jalan ini maka Sayyid memiliki jasa atasnya, baik dia mau atau tidak, dan baik dia mengakui atau mengingkari. Dan setelah ini tidak merugikan Sayyid pujian orang yang memuji atau celaan orang yang mencela. Bagi beliau dan orang-orang yang semacam beliau tepat padanya ucapan orang yang mengatakan:

Berapa banyak tokoh mulia yang telah dihina

Oleh orang yang tidak sebanding sebuah paku di sandalnya

Laut mengapung bangkai di atasnya

Dan mutiara terpendam di dasarnya

Namun demikian, Sayyid adalah manusia biasa. Bisa benar dan bisa salah. Beliau dalam tulisan-tulisannya memiliki kekeliruan yang ma’ruf, jelas bagi orang yang meneliti tulisan-tulisannya dan bisa memilah perkataan yang lama dari perkataannya yang terbaru bahwa beliau tidak mengoreksi banyak darinya dan beliau mengupayakan pen-tashhih-an dan tahdzib. Dan kewajiban atas orang-orang yang mukhlis lagi dekat dengan beliau, yang terdepannya adalah al-ustadz Muhammad Quthb untuk menyempurnakan itu untuknya dan agar tidak bersikukuh membiarkannya seadanya, sehingga ada celah dan hujjah yang dijadikan oleh setiap yang ditanduk, dipukul, terjatuh, apa yang telah dimakan binatang buas dan penguasa sebagai jalan untuk mencela Sayyid, mem-bid’ah-kannya, atau menisbatkan kepadanya apa yang beliau bara’ darinya, atau beliau pada dasarnya bara’ darinya namun pena al-adib terpeleset terus mengatakan apa yang pemiliknya tidak memaksudkan maknanya yang diduga darinya. Dan di antara contoh hal itu adalah apa yang dinisbatkan kepada beliau berupa al-qaul bi wihdatil wujud, padahal sesungguhnya Sayyid secara pasti dan yakin membedakan dalam setiap apa yang beliau tulis antara Al-Khaliq dengan makhluq, bahkan beliau sangat mengagungkan Al-Khaliq, mentauhidkan-Nya, dan mengkafirkan setiap orang yang mengklaim bagi dirinya atau bagi selain dirinya satu hak khusus dari Khashaaish Uluhiyyah, apalagi (beliau sangat mengkafirkan) orang yang menjadikan wujud ini semuanya adalah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Menyendiri. Dan siapa yang mengklaim selain ini tentang Sayyid, maka sesungguhnya dia tidak mengetahui beliau dan tidak mengetahui kitab-kitabnya. dan apa yang beliau tulis dalam beberapa tempat di Azh-Zhilal berupa ungkapan sastra yang menyelisihi ini adalah wajib dibuang oleh orang-orang yang memiliki ghirah terhadap Sayyid dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kitab-kitabnya terutama sesungguhnya mereka itu mengetahui dan mengakui bahwa Sayyid tidak memaksudkan hakikat ucapan ini, dan bahwa beliau telah menerangkan hal itu dan menjelaskannya dalam tulisan-tulisannya yang lain sebagaimana dalam (Khashaaish at-Tashawwur al-Islamiy) yang mana ia adalah tergolong tulisan Sayyid rahimahullah yang paling akhir.

Dan bagaimanapun, sungguh manusia telah menulis tentang Sayyid antara ifrath dan tafrith, sebagian orang menzhaliminya dan sebagian yang lain ghuluw padanya, sedangkan kami bukan tergolong ini dan itu bi hamdillaah, namun kami berjalan kepada al-haqq kemana ia pergi, dan tidak meyakini ishmah (ke-ma’shum-an) kepada seorang pun setelah Rasulullah SAW. Kami menjaga bagi Sayyid dan yang semisal baliau dari kalangan ansharuddien hak mereka dan kami tidak mengurangi mereka apa yang telah mereka ketengahkan, kami mencintai pada mereka keteguhannya di atas al-haqq, nushrahnya terhadap dien dan syariatnya, serta bara’ahnya dari para thaghut dan kemusyrikannya. Dan kami tidak mengatakan itu sembarangan atau dari sikap fanatisme dan kejahilan, karena kami tergolong orang yang telah membaca mayoritas tulisan-tulisannya di awal perjalanan, dan tergolong orang yang mengenal beliau —wa liLlaahi al-hamd— dan mengenal manhaj beliau dan sikap-sikapnya dari dekat. Kami telah mendengar tharuhatnya yang indah dengan isnad ‘ali dari orang terdekat beliau, yaitu syaikh as-sayyid Yusuf Ied, beliau adalah salah seorang dari beberapa individu yang tidak melebihi jari-jari satu tangan, yang direkomendasikan oleh Sayyid rahimahullah dalam memahami tharuhatnya dan menguasai tulisan-tulisannya dalam ucapan-ucapan beliau yang beliau tulis sebelum dihukum mati, dan disebarkan dengan judul (Kenapa Mereka Menghukum Mati Saya).

Inilah.. sebagian para masyayikh telah menulis catatan-catatan dan peringatan-peringatan terhadap hal-hal yang mana Sayyid tergelincir penanya di dalamnya. Dan ini keadaan ahlul ‘ilmi, kebenaran dan membelanya lebih mereka cintai dari seluruh manusia. Dan di antara orang yang telah menulis dalam hal itu adalah syaikh Muhammad ibnu Abdillah ad-Duwaisy rahimahullah dalam kitabnya (al-Maurid az-Zallal fii Akhthaa azh-Zhilal) dalam sebagiannya beliau tepat dan dalam sebagian lainnya tidak tepat. Dan saya telah membaca kitabnya di tahun percetakannya yang pertama, dan saat itu saya membuat penilaian dalam sebuah risalah yang saya beri nama (Mizanul I’tidal bi Taqwumi Kitab al-Maurid az-Zallal), saya dukung beliau dalam beberapa hal yang ditulisnya, dan saya anggap beliau keliru pada hal lainnya, serta saya istidrak terhadapnya apa-apa yang beliau lalai, dan satu exemplar darinya saya sampaikan kepada al-ustadz Muhammad Quthb dan yang lain kepada syaikh ad-Duwaisy rahimahullah, beliau memberikan beberapa catatan kaki terhadapnya sebelum beliau meninggal. Dan fotokopi darinya dengan tulisan tangannya masih ada di saya satu buah, mudah-mudahan kami bisa menerbitkannya dalam waktu dekat bersama catatan kakinya, insya Allah.

Ini yang bisa saya utarakan sekarang sebagai jawaban atas pertanyaanmu. Semoga Allah menjadikan kami dan engkau bagian dari orang-orang yang mendengarkan ucapan terus mengikuti yang paling baik.

Wassalaamu ‘alaikum

Saudaramu, Abu Muhammad.

Source : Jihad Magz Edisi 2

arrahmah.com

Sunday, August 28, 2011

Pikirkanlah dan Syukurilah

Artinya, ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita, karena Dia telah melipatkan nikmatNya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki.

øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ

QS Ibrahim : 7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur tAtRr&ur šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ylt÷zr'sù ¾ÏmÎ/ z`ÏB ÏNºtyJ¨V9$# $]%øÍ öNä3©9 ( t¤yur ãNä3s9 šù=àÿø9$# y̍ôftGÏ9 Îû ̍óst7ø9$# ¾Ín̍øBr'Î/ ( t¤yur ãNä3s9 t»yg÷RF{$# ÇÌËÈ

QS Ibrahim ; 32. Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.

Kesehatan badan, rumah aman, sandang pangan, udara dan air yang kita dapatkan dll. Semua tersedia dalam hidup kita, Tapi... kita selalu lupa kita memiliki dunia, tapi tidak menyadari, kita mengusai kehidupan tapi tidak pernah mengetahuinya.

t¤yur ãNä3s9 }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur Èû÷üt7ͬ!#yŠ ( t¤yur ãNä3s9 Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur ÇÌÌÈ

QS. Ibrahim ; 33. Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.

óOs9r& (#÷rts? ¨br& ©!$# t¤y Nä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# x÷t7ór&ur öNä3øn=tæ ¼çmyJyèÏR ZotÎg»sß ZpuZÏÛ$t/ur 3 z`ÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ãAÏ»pgä Îû «!$# ÎŽötóÎ/ 5Où=Ïæ Ÿwur Wèd Ÿwur 5=»tGÏ. 9ŽÏZB ÇËÉÈ

QS. Luqman ; 20. Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.

Kita diberikan 2 mata, 1 lidah, 2 bibir, 2 tangan dan semua anggota badan yang tercipta tanpa kita meminta, namun mengapa masih mengiuti langkah-langakah yang sesat?

ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ

QS. Luqman ; 12. Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

¢Óo_ç6»tƒ !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5AyŠöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù'tƒ $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ׎Î7yz ÇÊÏÈ ¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ

QS. Luqman ; 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha Mengetahui.

[1181] yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.

QS. Luqman ; 17. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

QS. Luqman ; 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Mari kita renungkan sejenak, teguran Allah dalam Surah Ar-Rahman berikut:

Ädr'Î6sù ÏäIw#uä $yJä3În/u Èb$t/Éjs3è? ÇÊÌÈ

QS. Ar-Rahman ; 13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Dalam surah ini Allah mengulang nya sebanyak 31 kali dari 78 ayat, sungguh teguran yang harus kita ingat agar kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur.

Sejenak kita tundukkan hati kita dan renungi:

§ Apakah kita mengira berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele?

§ Berdiri dengan kedua kaki itu mudah?

Ingat saat kaki kita bengkak dan harus diobati, ingat saat kita belajar berjalan sewaktu bayi, ingat orang-orang yang di amputasi ataupun patah kakinya

§ Betapa hina diri kita ketika tidur terlelap namun saudara/tetangga kita sakit/tertimpa musibah, dan mereka tidak dapat tidur karena hal tersebut.

§ Ingat ketika kita dapat makan dengan nikmat namun saudara/tetangga kita tak dapat menikmatinya karena sakit

§ Nikmat apa lagi yang akan kita dustakan saat pendengaran kita masih berfungsi, otak kita masih waras, dan kesehatan fisik kita masih ada

§ Ingat boleh jadi kufur nikmat akan menghilangakn kesehatan fisik bahkan hati kita, bisa jadi kita berikutnya yang akan kehilangan nikmat yang sering kali kita dustakan

§ Sungguh manusia seringkali hanya menilai kebahagiaan, rizky dan nikmat hanya dari materi, bagaimana jika kita hargai saja?:

- Mata kita tukar dengan mutiara setinggi gunung

- Pendengaran kita tukar dengan emas batangan

- Atau otak kita dan angguta badan lain kita tukar dengan kekuasaan seorang raja diraja

§ Begitukah, sebenarnya kita berada dalam kenikmatan yang luar biasa tiada tara dan kesempurnaan, tapi kita sering lupa untuk bersyukur kepada Allah Subhanahuwataala.

Maka mari kita menjadi pribadi yang pandai bersyukur dan jangan termasuk dalam golongan orang-orang yang ingkar.

tbqèù̍÷ètƒ |MyJ÷èÏR «!$# ¢OèO $pktXrãÅ6ZムãNèdçŽsYò2r&ur šcrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÌÈ

QS. An-Nahl ; 83. Mereka mengetahui nikmat Allah, Kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.

øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ

QS. Ibrahim ; 7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

§ Mari kita bersyukur jika apa yang kita dapat sedikitsebelum Allah memberikan yang Banyak

§ Syukuri dengan tetap menjaga dan menambah ilmu dan iman

§ Bersyukur itu bagian dari sabar sabar itu terdiri dari 2 hal, yang pertama adalah sabar itu sendiri, dan yang kedua adalah rasa syukur kita kepada Allah(Al-Hadits)

§ Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala amal shalih sempurna.

~semoga bermanfaat~